Kamis, 07 Februari 2013

Sejarah Tunas Jakasampurna School

tjsmailinglistpromo.jpg

Sekolah Tunas Jakasampurna pertama kali di dirikan pada tahun 1982 di daerah Bekasi Selatan. Berawal dari sebuah villa pribadi dengan kolam renang di dalamnya, pihak Pemda Bekasi menganjurkan untuk membantu membuatTaman Kanak-Kanak (TK) sebagai program pengembangan kota Bekasi saat itu. Demi kepentingan sosial pemilik villa pun bersedia membantu mewujudkan program tersebut dengan modal villa itu sendiri. Tahun 1982, Bekasi merupakan kota yang jauh dari minat warga Jakarta manapun dan juga penduduk luar untuk sekedar berkunjung maupun berinvestasi. Di luar dugaan, keputusan membangun sebuah sekolah terutama TK membuahkan kesadaran bagi pemilik villa tersebut, yang kini menjadi ketua yayasan untuk terus tekun mengembangkan sekolah tersebut ke jenjang SMA, hal ini di dukung atas bertambahnya demand dari warga maupun pengembangan perumahan setempat. Nama sekolah Tunas Jakasampurna yang melekat sampai sekarang juga merupakan nama yang di ambil dari kelurahan Jakasampurna di daerah Bekasi itu sendiri.  Pada saat itu, sekolah Tunas Jakasampurna merupakan sekolah pertama yang berdiri di daerah tersebut
Hingga kini setelah 28 tahun berdiri, sekolah Tunas Jakasampurna telah mempunyai gedung sekolah formal sendiri dan telah menghasilkan puluhan ribu alumni yang tersebar di seluruh nusantara maupun manca negara. Sekolah Tunas Jakasampurna kini telah menjadi sekolah Nasional Plus yang telah ter-akreditasi A yang kerap unggul di dalam kualitas pengajarannya. Dalam perkembangannya sekolah Tunas Jakasampurna telah mempunyai 6 cabang yang tersebar di daerah Bekasi dan Batam. Sekolah Tunas Jaksampurna kini telah berubah nama menjadi Tunas Jakasampurna School (T JS)  yang sudah cukup akrab namanya di telinga warga sekitarnya. Adapun beberapa sekolah lain yang merupakan grup dari TJS yaitu terdiri dari sekolah TK berbasis bahasa Inggris, KiwiKids Preschool dan sekolah TK Islam, Darul Ilmi Preschool. Tunas Group juga menyediakan jasa ketrampilan di luar sekolah seperti bimbingan belajar Global Intercompetency (GIC) dan jasa konseling psikologi serta sanggar tari dan sanggar lukis sebagai penunjang kegiatan sekolah TJS itu sendiri.
Creating a recovery starategy
Selama berdirinya Tunas Jakasampurna School, marketing yang telah di lakukan adalah below-the-line marketing strategy dimana terdiri dari penyebaran brosur ke perumahan, pemasangan spanduk tiap tahunnya hingga mouth-to-mouth marketing yang merupakan andalan sekolah tersebut pada 10 tahun yang lalu. Kini dengan menjamurnya jumlah penduduk Bekasi dan minat investor yang berdatangan, Bekasi sudah menjadi hot-spot pembangunan sekolah swasta lain yang berbasis Internasional, Nasional Plus, maupun negeri. Persaingan yang terjadi pun sudah terlampau batas dimana kompetitor telah menunjukan ke-agresifitasan-nya untuk mengusai pangsa pasar Bekasi yang dulu di dominasi oleh Tunas Jakasampurna School. Para kompetitior kini telah mengandalkan segala kemewahan fasilitas sekolah-nya masing-masing dengan tujuan menjatuhkan image TJS dengan fasilitas tradisionalnya yang didirikan lebih dari 20 tahun yang lalu. Tak puas dengan kekurangan TJS tersebut, beberapa kompeitior sudah ‘menerobos’ batas pagar TJS dengan merekrut para guru-guru andalan TJS dengan imingan salary dan bonus yang lebih besar. Dengan kejadian seperti itu TJS telah banyak kehilangan beberapa guru maupun SDM potensial yang telah bekerja puluhan tahun bersama TJS. Pertumbuhan kompetitior tersebut  tidak saja merugikan pihak TJS sebagai pionir sekolah di daerah itu dalam berpromosi tapi juga telah menurunkan pamor keminatan customer baru yang akan bergabung.
Dalam setiap perubahan pasti ada pengorbanan, dan hal itulah yang di lakukan untuk terus bertahan dalam dunia pendidikan yang telah di tekuni puluhan tahun itu. Persaingan telah membukakan jalan bagi TJS untuk terus ber-inovasi dan mempererat kembali tali persaudaraan antar karyawan yang telah hilang untuk selalu solid dalam segala situasi. Beberapa strategi pun mulai di ambil dengan langkah melakukan pertemuan langsung kepada bawahan yang paling kecil seperti clenaing service dan security dengan cara menjamu mereka dan kelurganya dalam acara makan dan gathering bersama yang di susul dengan kata-kata motivasi dari ketua yayasan langsung untuk membuka jalur komunikasi antar bawahan dan atasan yang terkesan ‘jauh’. Pertmuan serupa pun di jadwalkan untuk setiap unit-unit TJS yang lain dari TK s/d SMA.  Pertemuan rutin tersebut sangatlah berguna untuk menjaga rasa saling keterbukaan bagi karyawan dan menerima feedback langsung dari bawahan.
Untuk tetap di kenal dalam masyarakat, TJS pun mulai bangkit dalam menguatkan brand awareness nya. Hal tersebut tidaklah mudah di jalankan di karenakan SDM yang ada  masih berada dalam pemikiran marketing secara tradisional dan managment yang sudah di bentuk pun belum siap dalam perubahan jaman yang drastis yang serba menggunakan jalur elektronik seperti marketing online. Hal tersebut sungguh sangat tidak mudah untuk di laksanakan tapi juga harus segera di lakukan mengingat kompetisi sekolah swasta yang sudah sangat menjamur tidak dapat di berhentikan. Maka setelah mengadakan brainstorm, consultancy, dan juga meeting antar Board of Directors, di putuskanlah bahwa sudah saatnya TJS melakukan regenerasi. Regenerasi yang di maksud adalah semacam refreshing atas semua kegiatan marketing maupun promo TJS yang selama ini di jalankan oleh pihak management yang bersifat tradisonal dengan menempatkan anak-anak muda berkompeten yang mempunyai jiwa dan semangat muda dalam melakukan komunikasi ke public luar. Anak-anak muda yang di maksud pun tidak menutup kemungkinan para alumni TJS  akan turut bergabung untuk memajukan sekolahnya bersama.
Hal ini memang memicu pro dan kontra antar internal, maka di putuskanlah bahwa binbingan dari mangement lama juga masih di perlukan agar para pekerja muda tersebut tidak keluar dari jalur pekerjaan mereka. Komunikasi antar SDM dan management disini sangatlah penting mengingat perubahan system yang baru juga sama pentingnya.
Results
Dengan perombakan yang terjadi, TJS terus berusaha semaksimal mungkin untuk tetap bertahan dan berekspansi.
Menjaga loyalitas pelanggan adalah yang utama dengan memaksimalkan servis yang memuaskan. Hal-hal kecil seperti ini sudah lama menghilang dan tidak tumbuh di lingkungan TJS, maka pihak marketing and communication division sangatlah memegang peranan besar dalam hal ini untuk terus mencari informasi akan hal yang di butuhkan oleh pelanggan.  Salah satu basic communication tool yang di gunakan adalah berupa kuesioner terhadap pelanggan yang ada dan juga SDM internal untuk dapat melihat masukan maupun kekurangan yang harus TJS perbaiki.
Seiring bertambahnya waktu, TJS kemudian mulai men-design ulang semua marketing tool yang kurang menarik dengan menunjukan format design yang lebih eye-catching, tata bahasa dan penulisan yang lebih sempurna hingga foto-foto ataupun gambar aktivitas murid-muridnya yang lebih up-to-date.
Pemasangan banner, spanduk dan beberapa below-the-line marketing masih tetap di laksanakan tetapi dengan strategi pemasangan yang lebih mengena ke masyrakat setempat seperti pemsangan spanduk di tempat mayoritas murid-murid TJS bertempat tinggal dan di daerah-daerah lain yang belum pernah di jangkau sebelumnya.
Melakukan gimmick ataupun sesuatu yang membuat orang tertarik di setiap selebaran TJS adalah suatu promosi yang jarang di lakukan pihak TJS untuk dapat di kembangkan. Dalam hal ini, promo yang sedang di kelurkan adalah dengan pembayaran uang pangkal sekolah sebesar Rp. 7.500.000/-, setiap murid mendaftar akan langsung mendapatkan laptop secara cuma-Cuma tanpa di undi.
Mengembangkan fasilitas yang beda dari sekolah lain seperti pemasangan Wi-Fi atau wireless internet untuk menunjang lifestyle kehidupan murid-murid TJS yang sudah semakin berteknologi.
Update secara online adalah salah satu marketing yang di lakukan TJS saat ini yaitu menjalin kebersamaan antar siswa/i nya di jaringan komunitas online terkini seperti Blog, Facebok, Friendster, dll. Di samping untuk menjalin kebersamaan, komunitas disni sangat berguna untuk berbagi info event terbaru TJS yang sudah terlaksana maupun yang akan di laksanakan.
Dalam hal ber-ekspansi atupun pengembangan, TJS pun kini sudah mulai meng-expose pengalaman nya di bidang sekolahan selama hamir 30 tahun  bagi para calon investor yang ingin turut bergabung untuk mengembangkan sekolah di daerah-daerah atupun sekedar berpartisipasi dalam pembagunan fasilitas TJS yang di nilai rendah oleh kompetitior. Pengalaman inilah yang tidak di miliki oleh sekolah lain manapun di daerah tersebut dengan lulusan ribuan alumni yang dimana diantaranya terdapat artis-artis sinetron, bintang film, penyanyi maupun model yang pernah bersekolah di TJS.  TJS akan terus berkonsisten mengembankan namanya dalam dunia pendidikan agar lebih di kenal oleh banyak ornag luar lagi.

filosofi pendidikan

Dalam teori kurikulum (Anita Lie, 2012) keberhasilan suatu kurikulum merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep ideal tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana, tata kelola pelaksanaan kurikulum --termasuk pembelajaran-- dan penilaian pembelajaran dan kurikulum.
Struktur kurikulum dalam hal perumusan desain kurikulum, menjadi amat penting. Karena begitu struktur yang disiapkan tidak mengarah sekaligus menopang pada apa yang ingin dicapai dalam kurikulum, maka bisa dipastikan implementasinya pun akan kedodoran.
iklan4-gbr1
iklan4-tabel1
iklan4-tabel2
Pada titik inilah, maka penyampaian struktur kurikulum dalam uji publik ini menjadi penting. Tabel 1 menunjukkan dasar pemikiran perancangan struktur kurikulum SD, minimal ada sebelas item. Sementara dalam rancangan struktur kurikulum SD ada tiga alternatif yang di mesti kita berikan masukan.

iklan4-tbl2Di jenjang SMP usulan rancangan struktur kurikulum diperlihatkan pada tabel 2. Bagaimana dengan jenjang SMA/SMK? Bisa diturunkan dari standar kompetensi lulusan (SKL) yang sudah ditentukan, dan juga perlu diberikan masukan.
Tiga Persiapan untuk Implementasi Kurikulum 2013
ADA pertanyaan yang muncul bernada khawatir, dalam uji publik kurikulum 2013? Persiapan apa yang dilakukan Kemdikbud untuk kurikulum 2013? Apakah sedemikian mendesaknya, sehingga tahun pelajaran 2013 mendatang, kurikulum itu sudah harus diterapkan. Menjawab kekhawatiran itu, sedikitnya ada tiga persiapan yang sudah masuk agenda Kementerian untuk implementasi kurikulum 2013. Pertama, berkait dengan buku pegangan dan buku murid. Ini penting, jika kurikulum mengalami perbaikan, sementara bukunya tetap, maka bisa jadi kurikulum hanya sebagai “macan kertas”.
Pemerintah bertekad untuk menyiapkan buku induk untuk pegangan guru dan murid, yang tentu saja dua buku itu berbeda konten satu dengan lainnya.
Kedua, pelatihan guru. Karena implementasi kurikulum dilakukan secara bertahap, maka pelatihan kepada guru pun dilakukan bertahap. Jika implementasi dimulai untuk kelas satu, empat di jenjang SD dan kelas tujuh, di SMP, serta kelas sepuluh di SMA/SMK, tentu guru yang diikutkan dalam pelatihan pun, berkisar antara 400 sampai 500 ribuan.
Ketiga, tata kelola. Kementerian sudah pula mnemikirkan terhadap tata kelola di tingkat satuan pendidikan. Karena tata kelola dengan kurikulum 2013 pun akan berubah. Sebagai misal, administrasi buku raport. Tentu karena empat standar dalam kurikulum 2013 mengalami perubahan, maka buku raport pun harus berubah.
Intinya jangan sekali-kali persoalan implementasi kurikulum dihadapkan pada stigma persoalan yang kemungkinan akan menjerat kita untuk tidak mau melakukan perubahan. Padahal kita sepakat, perubahan itu sesuatu yang niscaya harus dihadapi mana kala kita ingin terus maju dan berkembang. Bukankah melalui perubahan kurikulum ini sesungguhnya kita ingin membeli masa depan anak didik kita dengan harga sekarang.
Sumber : Kemdiknas